PENGERTIAN PEMBANGKIT LISTRIK RAMAH LINGKUNGAN
Merupakan Pembangkit Listrik yang menggunakan tenaga-tenaga dari
alam, dan juga tidak merusak alam. Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan
juga Pembangkit Listrik yang bisa diperbaharukan, bisa dipakai berulang
kali, tanpa khawatir akan habis. Bisa menguntungkan bagi materi dan
juga kesehatan.
Contoh-Contoh Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan :
1. PLT Air
2. PLT Angin
3. PLT Matahari/Surya
4. PLT Sampah
5. PLT Geothermal
Kita akan membahas satu per-satu Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan ini, dan juga kelebihan dan kekurangannya.
1.Pembangkit Listrik Tenaga Air
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensia
l
dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik
yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator
yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari
air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya
terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga
meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk
lain seperti tenaga ombak.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
* Kelebihan :
- kapasitas daya keluaran PLTA relative besar dibandingkan dengan pembangkit energy yang terbarukan
- bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk
kegiatan lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata
* Kekurangan:
- Konsumen pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari
pusat Pembangkit membutuhkan sarana jaringan tower transmisi tegangang
tinggi yang panjang juga memerlukan sarana traffo peningkat tengangan
yang banyak
- Dari sisi keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan perlengkapan tranmisi harus mendapat perhatian khusus
- penyumbang metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) terbesar
- efek rumah kaca
- tidak semua Negara bisa mengembangkannya
2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Ramah Lingkungan
Sejauh ini, energi yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga angin belum sepenuhnya ramah lingkungan.
Pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu harapan di
antara berbagai pilihan sumber energi terbarukan yang tersedia. Namun,
sejauh mana turbin angin memberi manfaat jika dihitung aspek-aspek lain
seperti energi untuk memproduksi listrik, menghasilkan dan
mentransportasikan material yang diperlukan sampai jumlah energi yang
dibutuhkan untuk instalasi, operasi, dan penyebaran?
Dalam sebuah laporan ilmiah di jurnal Environmental Science &
Technology, sekelompok peneliti dari ETH Zurich, Empa dan Radboud
University, Nijmegen (Belanda) memberikan jawabannya. Kesimpulannya,
semakin besar instalasi pembangkit, semakin ramah lingkungan pula
listrik yang dihasilkan.
Bukan hanya dari sisi energi yang dihabiskan untuk produksi
dibanding dengan energi yang dihasilkan. Tetapi di sisi lain, produsen
pembangkit listrik tenaga angin juga akan mendapatkan pengalaman dengan
belajar dari sesamanya jika industri pembangkit listrik tenaga angin
semakin besar. Mereka akan mampu memperbaiki teknik pembuatan pembangkit
listrik dan mengetahui efek teknologi baru untuk jangka panjang.
Menurut Marloes Caduff, ketua tim peneliti, melipatgandakan
performa turbin angin tidak secara otomatis mereka akan melipatgandakan
energi dan material yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik. Bahkan,
dari studi, terungkap bahwa konsumsi energi saat membangun pembangkit
listrik tenaga angin skala besar hanya sedikit lebih besar daripada
membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil.
Dari sisi pengalaman yang didapat oleh para produsen dari saling
belajar di antara sesamanya, mereka akan mampu mempercepat proses desain
dan konstruksi instalasi terbaru. Sebaga contoh, bentuk sirip rotor
bisa dengan cepat dioptimalkan agar mampu memaksimalkan angin yang
tersedia tanpa perlu memperbesar ukuran menara turbin ataupun kepala
generatornya.
Saat ini, para produsen turbin angin bahkan telah mendapatkan
manfaat dari saling berbagi pengalaman tersebut. Sebagai gambaran, tahun
1980, ukuran rata-rata diameter rotor turbin angin mencapai 15 meter.
Saat ini, sudah banyak rotor di pembangkit listrik tenaga angin yang
ukurannya mencapai 150 meter. Misalnya seperti yang tersedia di Alstom
Haliade, Prancis.
Meski demikian, sampai sejauh ini, pembangkit listrik tenaga angin
juga belum sepenuhnya ramah lingkungan. Sebagai contoh, untuk membangun
pembangkit listrik tenaga angin dengan 25 turbin, kita butuh menebang
hutan atau mengosongkan area seluas 16 sampai 24 kilometer persegi.
Belum lagi masalah yang dihadapi oleh populasi hewan. Sudah banyak
burung-burung dan juga kelelawar yang tewas tertebas sirip-sirip turbin
angin.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)
3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ramah Lingkungan
* Kelebihan:
- cukup menggunakan sinar matahari
- energy tidak pernah habis
- ramah lingkungan
- hemat karena tidak memerlukan bahan bakar
* Kekurangan:
- memiliki tergantungan pada cuaca
- mahal
Pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu harapan di
antara berbagai pilihan sumber energi terbarukan yang tersedia. Namun,
sejauh mana turbin angin memberi manfaat jika dihitung aspek-aspek lain
seperti energi untuk memproduksi listrik, menghasilkan dan
mentransportasikan material yang diperlukan sampai jumlah energi yang
dibutuhkan untuk instalasi, operasi, dan penyebaran?
Dalam sebuah laporan ilmiah di jurnal Environmental Science &
Technology, sekelompok peneliti dari ETH Zurich, Empa dan Radboud
University, Nijmegen (Belanda) memberikan jawabannya. Kesimpulannya,
semakin besar instalasi pembangkit, semakin ramah lingkungan pula
listrik yang dihasilkan.
Bukan hanya dari sisi energi yang dihabiskan untuk produksi
dibanding dengan energi yang dihasilkan. Tetapi di sisi lain, produsen
pembangkit listrik tenaga angin juga akan mendapatkan pengalaman dengan
belajar dari sesamanya jika industri pembangkit listrik tenaga angin
semakin besar. Mereka akan mampu memperbaiki teknik pembuatan pembangkit
listrik dan mengetahui efek teknologi baru untuk jangka panjang.
Menurut Marloes Caduff, ketua tim peneliti, melipatgandakan
performa turbin angin tidak secara otomatis mereka akan melipatgandakan
energi dan material yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik. Bahkan,
dari studi, terungkap bahwa konsumsi energi saat membangun pembangkit
listrik tenaga angin skala besar hanya sedikit lebih besar daripada
membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil.
Dari sisi pengalaman yang didapat oleh para produsen dari saling
belajar di antara sesamanya, mereka akan mampu mempercepat proses desain
dan konstruksi instalasi terbaru. Sebaga contoh, bentuk sirip rotor
bisa dengan cepat dioptimalkan agar mampu memaksimalkan angin yang
tersedia tanpa perlu memperbesar ukuran menara turbin ataupun kepala
generatornya.
Saat ini, para produsen turbin angin bahkan telah mendapatkan
manfaat dari saling berbagi pengalaman tersebut. Sebagai gambaran, tahun
1980, ukuran rata-rata diameter rotor turbin angin mencapai 15 meter.
Saat ini, sudah banyak rotor di pembangkit listrik tenaga angin yang
ukurannya mencapai 150 meter. Misalnya seperti yang tersedia di Alstom
Haliade, Prancis.
Meski demikian, sampai sejauh ini, pembangkit listrik tenaga angin
juga belum sepenuhnya ramah lingkungan. Sebagai contoh, untuk membangun
pembangkit listrik tenaga angin dengan 25 turbin, kita butuh menebang
hutan atau mengosongkan area seluas 16 sampai 24 kilometer persegi.
Belum lagi masalah yang dihadapi oleh populasi hewan. Sudah banyak
burung-burung dan juga kelelawar yang tewas tertebas sirip-sirip turbin
angin.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)
4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ramah Lingkungan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
* Kelebihan:
- cukup menggunakan sinar matahari
- energy tidak pernah habis
- ramah lingkungan
- hemat karena tidak memerlukan bahan bakar
* Kekurangan:
- memiliki tergantungan pada cuaca
- mahal
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit
yang memenuhi syarat pembangkit ramah lingkungan. PLTS memanfaatkan
tenaga surya yang terbarukan secara efisien dan tidak menggunakan bahan
bakar fosil yang tidak dapat terbarukan. Sehingga menimbulkan keuntungan
secara materi dan kesehatan lingkungan alam walaupun untuk tahap awal
pembangunannya memerlukan biaya yang banyak. Tetapi hal tersebut dapat
terbayar lunas dengan hasil yang akan didapatkan dan efek terhadap alam.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Pola Pengelolaan Sampah sampai saat ini masih menganut
paradigma lama dimana sampah masih dianggap sebagai sesuatu yang tak
berguna, tak bernilai ekonomis dan sangat menjijikkan. Masyarakat
sebagai sumber sampah tak pernah menyadari bahwa tanggung jawab
pengelolaan sampah yang dihasilkan menjadi tanggung jawab dirinya
sendiri.
Apabila sampah - sampah yang luar biasa ini mulai menjadi masalah
bagi manusia, barulah manusia menyadari ketidak perduliannya selama ini
terhadap sampah dan mulai menimbulkan kepanikan dan menghantui di mana -
mana tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia,
karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah.
Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita
terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap
warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70%
sampah organik dan 30% sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk
dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan
kata lain adalah sampah-sampah yang di buang ke tempat sampah walaupun
masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari
proses pertambangan dan industri, tetapi merupakan sampah yang selalu
menjadi bahan pemikiran bagi manusia.
PENANGGULANGAN SAMPAH
Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian dalam
menanggulangi sampah misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R (WALHI, 2004)
yaitu:
- Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang
atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita
menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
- Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang
bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable
(sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian
barang sebelum ia menjadi sampah.
- Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah
tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa
didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
- Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari.
Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang
lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang
yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita
dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena
kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah
sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas
utama.
PENGOLAHAN SAMPAH
Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia
merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.
Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak
berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat
terpusat, di buang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur.
Seharusnya sebelum sampah dibuang dilakukan pengelompokkan sampah
berdasarkan jenis dan wujudnya sehingga mudah untuk didaurulang
dan/atau dimanfaatkan (sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah
lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas).
Untuk tiap bahan disediakan bak sampah tersendiri, ada bak sampah
plastik, bak gelas, bak logam, dan bak untuk kertas. Pemilahan sampah
itu dimulai dari tingkat RT(Rumah tangga), pasar dan aparteme. Bila
kesulitan dalam memilih sampah tersebut minimal sampah dipisahkan antara
sampah basah (mudah membusuk) dan sampah kering (plastik,kaleng dan
lain-lain)
Pemerintah sendiri menyediakan mobil-mobil pengumpul sampah yang
sudah terpilah sesuai dengan pengelompokkannya. Pemerintah bertanggung
jawab mengorganisasi pengumpulan sampah itu untuk diserahkan ke pabrik
pendaur ulang. Sisa sampahnya bisa diolah dengan cara penumpukan
(dibiarkan membusuk), pengkomposan (dibuat pupuk), pembakaran. Dari
ketiga cara pengelolaan sampah basah yang biasa dilakukan dibutuhkan TPA
(Tempat Pembuangan Akhir) yang cukup luas. Selain itu efek yang kurang
baikpun sering terjadi seperti pencemaran lingkungan, sumber bibit
penyakit ataupun terjadinya longsor.
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang
akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan
menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal
dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau
PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007)
adalah sebagai berikut :
- Pemilahan sampah = Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang
masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku
Insinerator untuk dibakar.
- Pembakaran sampah = Pembakaran sampah menggunakan teknologi
pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan.
Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di
atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk
dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
- Pemanfaatan panas = Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas
yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang
dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan
generator listrik.
- Pemanfaatan abu sisa pembakaran = Sisa dari proses pembakaran sampah
adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya
kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini
akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan
lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan
bangunan.
Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang, Belanda dll waste
energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui
lebih dapat menyelesaikan masalah sampah. Pencemaran dari PLTSa yang
selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat
diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu.
Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :
- Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil
sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang
bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur
tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada
temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan
akhir sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005). PLTSa sudah dilengkapi dengan
sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan
berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari
lingkungan
- Residu. Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa
residu atau abu bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang
termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk
pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di
Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029
Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari
Darmawan, 2007).PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku
batako atau bahan bangunan.
- Bau Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau
yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan
mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum.
Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan
tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan
PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau)
seluas 7 hektar.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal
Pembangkit listrik tenaga geothermal menggunakan sumber
hidrotermal yang memiliki dua komponen umum: air (hidro) dan panas
(termal). Pembangkit listrik tenaga geothermal memerlukan suhu tinggi
(300 ° F sampai 700 ° F), sumber hidrotermal yang digunakan dapat
berasal dari sumur uap kering atau sumur air panas. Kita dapat
menggunakan sumber daya geothermal dengan pengeboran sumur ke dalam Bumi
dan menyalurkan uap atau air panas ke permukaan. Sumur geothermal
berkedalaman satu sampai dua mil.
Jenis-Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal
Ada tiga tipe dasar pembangkit listrik geothermal:
- Pembangkit listrik uap kering (dry steam), yang disalurkan melalui
pipa langsung dari reservoir panas bumi untuk menggerakkan turbin
generator. Pembangkit listrik geothermal pertama kali dibangun pada
tahun 1904 di Tuscany, Italia, dimana uap alami memancar dari dalam
Bumi.
- Pembangkit listrik flash steam, mengambil tekanan air panas yang
tinggi dari dalam bumi dan mengubahnya menjadi uap untuk menggerakkan
turbin generator. Ketika uap mendingin, ia mengembun menjadi air dan
disuntikkan kembali ke dalam tanah untuk digunakan berulang-ulang.
Sebagian besar pembangkit listrik geothermal adalah pembangkit flash
steam.
- Pembangkit listrik binary cycle, mentransfer panas dari air panas
geothermal ke cairan lainnya. Panas menyebabkan cairan tersebut berubah
menjadi uap yang digunakan untuk menggerakkan turbin generator.
6. MODUL DAPUR RAMAH LINGKUNGAN
Seluruh design konsep dewasa ini didasarkan pada dua platform
utama yaitu : berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Diciptakanlah sebuah
Modul Dapur oleh Kate Jaclin dari Queensland University of Technology
yang tujuannya menciptakan dapur yang dapat menghubungkan para
penggunanya dengan alam dan kepedulian terhadap sumber daya seperti air
dan energi. Jadi Air limbah dari dapur ini dapat di daur ulang melalui
Tenaga Matahari yang kemudian dapat digunakan kembali sementara sampah
organik dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran yang
terdapat dalam dapur ini.Dapur ini dapat didaur ulang dengan mudah
karena menggunakan bahan bio plastic. dapaur ini juga di desain dengan
mengutamakan keselamatan para penggunanya.
sumber :
http://blogdeazmi.blogspot.com/2013/04/contoh-contoh-pembangkit-listrik-ramah.html