VHIAN WAHYU NOTE - TEMPEH KIDUL WEBSITE

Website/Blog ini dibuat untuk menambah pengetahuan bagi semua orang yang mengunjunginya. Semoga bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita :)

Search

                      PENGERTIAN PEMBANGKIT LISTRIK RAMAH LINGKUNGAN

        Merupakan Pembangkit Listrik yang menggunakan tenaga-tenaga dari alam, dan juga tidak merusak alam. Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan juga Pembangkit Listrik yang bisa diperbaharukan, bisa dipakai berulang kali, tanpa khawatir akan habis. Bisa menguntungkan bagi materi dan juga kesehatan.

       Contoh-Contoh Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan :

1. PLT Air
2. PLT Angin
3. PLT Matahari/Surya
4. PLT Sampah
5. PLT Geothermal
Kita akan membahas satu per-satu Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan ini, dan juga kelebihan dan kekurangannya.
1.Pembangkit Listrik Tenaga Air
         
        Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.



         Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
* Kelebihan :
  •  kapasitas daya keluaran PLTA relative besar dibandingkan dengan pembangkit energy yang terbarukan
  •  bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk kegiatan lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata

* Kekurangan:
  •  Konsumen pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit membutuhkan sarana jaringan tower transmisi tegangang tinggi yang panjang juga memerlukan sarana traffo peningkat tengangan yang banyak
  • Dari sisi keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan perlengkapan tranmisi harus mendapat perhatian khusus
  • penyumbang metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) terbesar
  • efek rumah kaca
  • tidak semua Negara bisa mengembangkannya

2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin Ramah Lingkungan

       Sejauh ini, energi yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga angin belum sepenuhnya ramah lingkungan.




       Pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu harapan di antara berbagai pilihan sumber energi terbarukan yang tersedia. Namun, sejauh mana turbin angin memberi manfaat jika dihitung aspek-aspek lain seperti energi untuk memproduksi listrik, menghasilkan dan mentransportasikan material yang diperlukan sampai jumlah energi yang dibutuhkan untuk instalasi, operasi, dan penyebaran?
       Dalam sebuah laporan ilmiah di jurnal Environmental Science & Technology, sekelompok peneliti dari ETH Zurich, Empa dan Radboud University, Nijmegen (Belanda) memberikan jawabannya. Kesimpulannya, semakin besar instalasi pembangkit, semakin ramah lingkungan pula listrik yang dihasilkan.
       Bukan hanya dari sisi energi yang dihabiskan untuk produksi dibanding dengan energi yang dihasilkan. Tetapi di sisi lain, produsen pembangkit listrik tenaga angin juga akan mendapatkan pengalaman dengan belajar dari sesamanya jika industri pembangkit listrik tenaga angin semakin besar. Mereka akan mampu memperbaiki teknik pembuatan pembangkit listrik dan mengetahui efek teknologi baru untuk jangka panjang.
       Menurut Marloes Caduff, ketua tim peneliti, melipatgandakan performa turbin angin tidak secara otomatis mereka akan melipatgandakan energi dan material yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik. Bahkan, dari studi, terungkap bahwa konsumsi energi saat membangun pembangkit listrik tenaga angin skala besar hanya sedikit lebih besar daripada membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil.
      Dari sisi pengalaman yang didapat oleh para produsen dari saling belajar di antara sesamanya, mereka akan mampu mempercepat proses desain dan konstruksi instalasi terbaru. Sebaga contoh, bentuk sirip rotor bisa dengan cepat dioptimalkan agar mampu memaksimalkan angin yang tersedia tanpa perlu memperbesar ukuran menara turbin ataupun kepala generatornya.
     Saat ini, para produsen turbin angin bahkan telah mendapatkan manfaat dari saling berbagi pengalaman tersebut. Sebagai gambaran, tahun 1980, ukuran rata-rata diameter rotor turbin angin mencapai 15 meter. Saat ini, sudah banyak rotor di pembangkit listrik tenaga angin yang ukurannya mencapai 150 meter. Misalnya seperti yang tersedia di Alstom Haliade, Prancis.
     Meski demikian, sampai sejauh ini, pembangkit listrik tenaga angin juga belum sepenuhnya ramah lingkungan. Sebagai contoh, untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin dengan 25 turbin, kita butuh menebang hutan atau mengosongkan area seluas 16 sampai 24 kilometer persegi.
     Belum lagi masalah yang dihadapi oleh populasi hewan. Sudah banyak burung-burung dan juga kelelawar yang tewas tertebas sirip-sirip turbin angin.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ramah Lingkungan

* Kelebihan:
  • cukup menggunakan sinar matahari 
  • energy tidak pernah habis
  • ramah lingkungan
  • hemat karena tidak memerlukan bahan bakar
* Kekurangan:
  • memiliki tergantungan pada cuaca
  • mahal
       Pembangkit listrik tenaga angin merupakan salah satu harapan di antara berbagai pilihan sumber energi terbarukan yang tersedia. Namun, sejauh mana turbin angin memberi manfaat jika dihitung aspek-aspek lain seperti energi untuk memproduksi listrik, menghasilkan dan mentransportasikan material yang diperlukan sampai jumlah energi yang dibutuhkan untuk instalasi, operasi, dan penyebaran?
       Dalam sebuah laporan ilmiah di jurnal Environmental Science & Technology, sekelompok peneliti dari ETH Zurich, Empa dan Radboud University, Nijmegen (Belanda) memberikan jawabannya. Kesimpulannya, semakin besar instalasi pembangkit, semakin ramah lingkungan pula listrik yang dihasilkan.
      Bukan hanya dari sisi energi yang dihabiskan untuk produksi dibanding dengan energi yang dihasilkan. Tetapi di sisi lain, produsen pembangkit listrik tenaga angin juga akan mendapatkan pengalaman dengan belajar dari sesamanya jika industri pembangkit listrik tenaga angin semakin besar. Mereka akan mampu memperbaiki teknik pembuatan pembangkit listrik dan mengetahui efek teknologi baru untuk jangka panjang.
     Menurut Marloes Caduff, ketua tim peneliti, melipatgandakan performa turbin angin tidak secara otomatis mereka akan melipatgandakan energi dan material yang dibutuhkan untuk menghasilkan listrik. Bahkan, dari studi, terungkap bahwa konsumsi energi saat membangun pembangkit listrik tenaga angin skala besar hanya sedikit lebih besar daripada membangun pembangkit listrik tenaga angin skala kecil.
     Dari sisi pengalaman yang didapat oleh para produsen dari saling belajar di antara sesamanya, mereka akan mampu mempercepat proses desain dan konstruksi instalasi terbaru. Sebaga contoh, bentuk sirip rotor bisa dengan cepat dioptimalkan agar mampu memaksimalkan angin yang tersedia tanpa perlu memperbesar ukuran menara turbin ataupun kepala generatornya.
     Saat ini, para produsen turbin angin bahkan telah mendapatkan manfaat dari saling berbagi pengalaman tersebut. Sebagai gambaran, tahun 1980, ukuran rata-rata diameter rotor turbin angin mencapai 15 meter. Saat ini, sudah banyak rotor di pembangkit listrik tenaga angin yang ukurannya mencapai 150 meter. Misalnya seperti yang tersedia di Alstom Haliade, Prancis.
     Meski demikian, sampai sejauh ini, pembangkit listrik tenaga angin juga belum sepenuhnya ramah lingkungan. Sebagai contoh, untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin dengan 25 turbin, kita butuh menebang hutan atau mengosongkan area seluas 16 sampai 24 kilometer persegi.
     Belum lagi masalah yang dihadapi oleh populasi hewan. Sudah banyak burung-burung dan juga kelelawar yang tewas tertebas sirip-sirip turbin angin.
(Abiyu Pradipa. Sumber: Phys.Org)

4. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Ramah Lingkungan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
* Kelebihan:
  • cukup menggunakan sinar matahari 
  • energy tidak pernah habis
  • ramah lingkungan
  • hemat karena tidak memerlukan bahan bakar
* Kekurangan:
  • memiliki tergantungan pada cuaca
  • mahal



         Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit yang memenuhi syarat pembangkit ramah lingkungan. PLTS memanfaatkan tenaga surya yang terbarukan secara efisien dan tidak menggunakan bahan bakar fosil yang tidak dapat terbarukan. Sehingga menimbulkan keuntungan secara materi dan kesehatan lingkungan alam walaupun untuk tahap awal pembangunannya memerlukan biaya yang banyak. Tetapi hal tersebut dapat terbayar lunas dengan hasil yang akan didapatkan dan efek terhadap alam.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
       
         Pola Pengelolaan Sampah sampai saat ini masih menganut paradigma lama dimana sampah masih dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna, tak bernilai ekonomis dan sangat menjijikkan. Masyarakat sebagai sumber sampah tak pernah menyadari bahwa tanggung jawab pengelolaan sampah yang dihasilkan menjadi tanggung jawab dirinya sendiri.

Apabila sampah - sampah yang luar biasa ini mulai menjadi masalah



bagi manusia, barulah manusia menyadari ketidak perduliannya selama ini terhadap sampah dan mulai menimbulkan kepanikan dan menghantui di mana - mana tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
       Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia, karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Sehari setiap warga kota menghasilkan rata-rata 900 gram sampah, dengan komposisi, 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
       Sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang di buang ke tempat sampah walaupun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri, tetapi merupakan sampah yang selalu menjadi bahan pemikiran bagi manusia.

PENANGGULANGAN SAMPAH

      Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian dalam menanggulangi sampah misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R (WALHI, 2004) yaitu:
  •  Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
  • Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
  • Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
  • Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.
      Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.


PENGOLAHAN SAMPAH

      Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat, di buang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur.
      Seharusnya sebelum sampah dibuang dilakukan pengelompokkan sampah berdasarkan jenis dan wujudnya sehingga mudah untuk didaurulang dan/atau dimanfaatkan (sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas). Untuk tiap bahan disediakan bak sampah tersendiri, ada bak sampah plastik, bak gelas, bak logam, dan bak untuk kertas. Pemilahan sampah itu dimulai dari tingkat RT(Rumah tangga), pasar dan aparteme. Bila kesulitan dalam memilih sampah tersebut minimal sampah dipisahkan antara sampah basah (mudah membusuk) dan sampah kering (plastik,kaleng dan lain-lain)
      Pemerintah sendiri menyediakan mobil-mobil pengumpul sampah yang sudah terpilah sesuai dengan pengelompokkannya. Pemerintah bertanggung jawab mengorganisasi pengumpulan sampah itu untuk diserahkan ke pabrik pendaur ulang. Sisa sampahnya bisa diolah dengan cara penumpukan (dibiarkan membusuk), pengkomposan (dibuat pupuk), pembakaran. Dari ketiga cara pengelolaan sampah basah yang biasa dilakukan dibutuhkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang cukup luas. Selain itu efek yang kurang baikpun sering terjadi seperti pencemaran lingkungan, sumber bibit penyakit ataupun terjadinya longsor.


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

      Selain dengan cara pengelolaan tersebut di atas ada cara lain yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung yaitu sampah dimanfaatkan menjadi sumber energi listrik (Waste to Energy) atau yang lebih dikenal dengan PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
     Konsep Pengolahan Sampah menjadi Energi (Waste to Energy) atau PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga sampah) secara ringkas (TRIBUN, 2007) adalah sebagai berikut :
  1.  Pemilahan sampah = Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur ulang. Sisa sampah dimasukkan kedalam tungku Insinerator untuk dibakar.
  2. Pembakaran sampah = Pembakaran sampah menggunakan teknologi pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran yang tinggi (di atas 1300°C). Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang.
  3. Pemanfaatan panas = Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator listrik.
  4. Pemanfaatan abu sisa pembakaran = Sisa dari proses pembakaran sampah adalah abu. Volume dan berat abu yang dihasilkan diperkirakan hanya kurang 5% dari berat atau volume sampah semula sebelum di bakar. Abu ini akan dimanfaatkan untuk menjadi bahan baku batako atau bahan bangunan lainnya setelah diproses dan memiliki kualitas sesuai dengan bahan bangunan.

        Dikota-kota besar di Eropah, Amerika, Jepang, Belanda dll waste energy sudah dilakukan sejak berpuluh tahun lalu, dan hasilnya diakui lebih dapat menyelesaikan masalah sampah. Pencemaran dari PLTSa yang selama ini dikhawatirkan oleh masyarakat sebenarnya sudah dapat diantisipasi oleh negara yang telah menggunakan PLTSa terlebih dahulu. Pencemaran- pencemaran tersebut seperti :
  • Dioxin adalah senyawa organik berbahaya yang merupakan hasil sampingan dari sintesa kimia pada proses pembakaran zat organik yang bercampur dengan bahan yang mengandung unsur halogen pada temperatur tinggi, misalnya plastic pada sampah, dapat menghasilkan dioksin pada temperatur yang relatif rendah seperti pembakaran di tempat pembuangan akhir sampah (TPA) (Shocib, Rosita, 2005). PLTSa sudah dilengkapi dengan sistem pengolahan emisi dan efluen, sehingga polutan yang dikeluarkan berada di bawah baku mutu yang berlaku di Indonesia, dan tidak mencemari lingkungan
  • Residu. Hasil dari pembakaran sampah yang lainnya adalah berupa residu atau abu bawah (bottom ash) dan abu terbang (fly ash) yang termasuk limbah B3, namun hasil-hasil studi dan pengujian untuk pemanfaatan abu PLTSa sudah banyak dilakukan di negara-negara lain. Di Singapura saat ini digunakan untuk membuat pulau, dan pada tahun 2029 Singapura akan memiliki sebuah pulau baru seluas 350 Ha (Pasek, Ari Darmawan, 2007).PLTSa akan memanfaatkan abu tersebut sebagai bahan baku batako atau bahan bangunan.
  • Bau Setiap sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum.
     Untuk menghindari bau yang berasal dari sampah akan dibuat jalan tersendiri ke lokasi PLTSa melalui jalan Tol, di sekeliling bagunan PLTSa akan ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau) seluas 7 hektar.

6. Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal


      Pembangkit listrik tenaga geothermal menggunakan sumber hidrotermal yang memiliki dua komponen umum: air (hidro) dan panas (termal). Pembangkit listrik tenaga geothermal memerlukan suhu tinggi (300 ° F sampai 700 ° F), sumber hidrotermal yang digunakan dapat berasal dari sumur uap kering atau sumur air panas. Kita dapat menggunakan sumber daya geothermal dengan pengeboran sumur ke dalam Bumi dan menyalurkan uap atau air panas ke permukaan. Sumur geothermal berkedalaman satu sampai dua mil.

Jenis-Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal

Ada tiga tipe dasar pembangkit listrik geothermal:
  • Pembangkit listrik uap kering (dry steam), yang disalurkan melalui pipa langsung dari reservoir panas bumi untuk menggerakkan turbin generator. Pembangkit listrik geothermal pertama kali dibangun pada tahun 1904 di Tuscany, Italia, dimana uap alami memancar dari dalam Bumi.
  • Pembangkit listrik flash steam, mengambil tekanan air panas yang tinggi dari dalam bumi dan mengubahnya menjadi uap untuk menggerakkan turbin generator. Ketika uap mendingin, ia mengembun menjadi air dan disuntikkan kembali ke dalam tanah untuk digunakan berulang-ulang. Sebagian besar pembangkit listrik geothermal adalah pembangkit flash steam.
  • Pembangkit listrik binary cycle, mentransfer panas dari air panas geothermal ke cairan lainnya. Panas menyebabkan cairan tersebut berubah menjadi uap yang digunakan untuk menggerakkan turbin generator.




6. MODUL DAPUR RAMAH LINGKUNGAN

        Seluruh design konsep dewasa ini didasarkan pada dua platform utama yaitu : berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Diciptakanlah sebuah Modul Dapur oleh Kate Jaclin dari Queensland University of Technology yang tujuannya menciptakan dapur yang dapat menghubungkan para penggunanya dengan alam dan kepedulian terhadap sumber daya seperti air dan energi. Jadi Air limbah dari dapur ini dapat di daur ulang melalui Tenaga Matahari yang kemudian dapat digunakan kembali sementara sampah organik dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran yang terdapat dalam dapur ini.Dapur ini dapat didaur ulang dengan mudah karena menggunakan bahan bio plastic. dapaur ini juga di desain dengan mengutamakan keselamatan para penggunanya.




sumber : http://blogdeazmi.blogspot.com/2013/04/contoh-contoh-pembangkit-listrik-ramah.html

0 komentar:

Posting Komentar